SASTRA DAN SENI
ILMU
BUDAYA DASAR
SASTRA
DAN SENI
DOSEN
: AULIYA R
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
NAMA
: MUHAMMAD FAHMI
KELAS
: 1KA01
NPM
: 17114190
JURUSAN
: SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
: ILMU KOMPUTER
MATAKULIAH:
ILMU BUDAYA DASAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“ SASTRA DAN SENI ”
Makalah ini berisikan tentang
pendalaman ilmu kita terhadap Sastra dan Seni yang ada di Indonesia maupun didunia , Sastra dan seni
memiliki banyak sekali keunikan yang mungkin belum pernah kita temukan sebelumnya
atau belum pernah kita ketahui.
Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Depok, 1 April 2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu
Budaya Dasar (IBD) adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengcrtian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah dalam kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan di
Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah
bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal
dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus
(fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang ‘akan bisa
mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Secara demikian bisa
dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu
nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia
bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di
samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu
sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai
satu matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities (yang disalin ke dalam
bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya) Pengetahuan Budaya (The
Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu
(disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam
berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni
rupa dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian sastra dalam Ilmu Budaya
Dasar?
2.
Bagaimana terciptanya Ilmu Budaya
Dasar (IBD)?
3.
Apa hubungan seni dalam Ilmu Budaya
Dasar?
C. Tujuan Makalah
Dalam penyusunan
makalah tentang Sastra sebagai Wujud Karya Seni memiliki maksud yaitu :
1)
Mengetahui Sastra sebagai Wujud Karya
Seni
2)
Mengetahui seharusnya sastra diajarkan
3)
Mengetahui Sastra Sebagai Wujud Karya
Seni
4)
Mengetahui manfaat dari pembelajaran
sastra bagi jati diri bangsa
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sastra
Sebagai Wujud Karya Seni
Kata
sastra” tentunya tidak asing di telinga penggemar novel. Arti sastra
Menurut Sapardi Joko Damono. salah
seorang pujangga lndonesa terkemuka. adalah sarana urtuk menampilkan gambaran
kehidupan. Dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Melihat dari sudut pandang ini, sastra erat kaitannya
dengan ilmu sosial yang mencakup hubungan antar masyarakat dan peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan. Ilmu sosial memiliki beberapa cabang ilmu utama. Salah
satunya linguistik. ilmu yang mempelajari aspek pengetahuan dan sosial dan
bahasa. Pembagian bidang linguistik sendiri mencakup semantika atau makna
bahasa. pragmatika atau hubungan antara makna dan konteks. morfologi atau
morfem bahasa. sintaksis atau pakem dalam membuat kalimat, fonologi atau
perbendaharaan fonem. fonetika atau ilmu bunyi. leksikologi atau ilmu kata.
etimologi atau asal usul kata. dan ilmu perbandingan bahasa.
Kata sastra berasal dan kata serapan dalam Bahasa
Sansekerta yang artinya pedornan atau ajaran. Menurut Pantli Sudjiman.
sastrawan. sastra adalah karya lisan atau tulisan yang memiliki ciri keunggulan
seperti keorisinalan. keartistikan. keindahan dalam isi dan ungkapannya. Dalam
Bahasa Indonesia. dikenal dengan istilah ‘kesusastraan’. Pembagian kesusastraan
biasanya berdasarkan bahasa atau daerah geografis.
Kategori Sastra Sastra
bisa dibagi atas sastra lisan dan sastra tertulis. Sastra lisan tidak berhubungan
dengan tulisan. tetapi lebih kepada ekspresi bahasa yang diungkapkan secara
oral mengensi pemikiran seseorang.
Kategori sastra di
antaranya sebagai berikut:
•
Cerpen atau cerita pendek. suatu
bei-ituk prosa atau karangan yang tak terikat yang dibuat tidak berdasarkan
kejadian nyata atau ftktif dengan hanya mengambil satu atau die bagian
kehidupan tokoh utamanya. Contoh cerpen adalah The Tell — Tale Heart karya
Edgar Allan Poe.
•
Novel. karya fiksi prosa berbentuk
naratif yang dalam Bahasa ltalia disebut.novella, yang artinya sepotong berita
atau sebuah cerita. Novel lebih panjang dan cerpen. bisa sekitar 40.000 kata
atau lebih dan jalan ceritanya tentang kehidupan sehari-hari tokoh central dan
menitikberatkan pada sisi ukurannya.
- • Syair.
- • Pantun. jenis pulsi lama yang terdapat sampiran dan isi di dalamnya.
- • Drama. bentuk karya sastra yang dapat diperankan dalam suatu pertunjukan.
- Lukisan, karya seni yang dikomunikasikan kepada penikmatnya dengan menuangkan ide di atas kanvas dan cat warna warni sebagai perartara.
B. Macam-Macam Karya
Seni
Jenis-Jenis Seni
Secara umum seni
dibedakan menurut indra penserapannya yaitu seni audio, seni visual, dan seni
audio-visual.
1)
Seni audio adalah seni yang diserap
melalui indra pendengaran. Misalnya : seni musik atau suara, drama radio, puisi
di radio dan lain-lain.
2)
Seni visual adalah seni yang diserap
melalui indra penglihatan. Umumnya dikenal dengan sebutan seni rupa.
3)
Seni audio-visual adalah seni yang
sekaligus diserap oleh indra pendengaran dengan indra penglihatan. Misalnya :
seni tari, drama/theater, film dan lain-lain.
Disamping itu ada lagi
seni lain yang tidak ditekankan pada jenis indra penserapannya yaitu seni
sastra. Yang termasuk dalam seni sastra adalah seni yang berbentuk prosa
seperti roman, novel, cerpen, dan lain-lain. Dan seni yang berbentuk puisi
seperti syair, pantun, gurindam, dan puisi-puisi dalam bentuk bebas lainnya.
Ciri umum dari prosa adalah deskripsi keadaan atau imajinasi secara mendetail.
Sedangkan ciri umum dari puisi adalah ungkapan inti atau hakiki dari suatu
pengalaman maupun imajinasi estetis.
Untuk lebih mengenal
perihal tentang batasan-batasan dari masing-masing seni ini, dapat dikemukakan
beberapa pengenalan umum tentang aneka seni yang dimaksud diantaranya sebagai
berikut :
- · Seni Rupa
- · Seni Musik
- · Seni Tari
- · Seni Drama/Theater
- · Seni Sastra.
1. Seni Rupa
Seni
rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur keindahan.
Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis, seni pahat,
seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni instalasi,
seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan
sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-unsur
bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis, aneka
bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya dengan
lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya, teksturnya, dan
lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya adalah sesuatu
yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang melihatnya. Kesenangan
yang ditimbulkannya muncul serta merta karena keindahan karya itu sendiri,
bukan karena ada kepentingan lain yang membuatnya merasa senang.
2. Seni Musik
Seni
musik atau seni suara adalah seni yang diserap melalui indra pendengaran.
Rangkaian bunyi yang didengar dapat memberikan rasa senang dan rasa puas bagi
yang mendengarnya karena adanya keserasian susunan dari rangkaian tangga nada
bunyi-bunyi tersebut.
Secara garis besar ada
dua jenis musik yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal adalah musik
yang hanya mengandalkan suara manusia saja, sedangkan musik instrumental adalah
musik yang diperoleh dari memainkan alat-alat musik.
3. Seni Tari
Seni
tari adalah seni yang diserap melalui indra penglihatan. Tetapi kekhususannya
adalah keindahan yang dinikmati pada gerakan-gerakan tubuh, terutama gerakan
kaki dan tangan, dengan ritme-ritme teratur, biasanya mengikuti irama musik.
Seni tari juga tidak terlepas dari seni rupa karena gerak-gerak yang
diperlihatkan diserap dengan indra penglihatan.
4. Seni Drama/Theater
Seni
drama/theater adalah seni peran atau lakon yang umumnya dimainkan di atas
panggung. Seni ini dinikmati sekaligus dengan indra penglihatan dan indra
pendengaran. Dalam ungkapan lain seni drama disebut juga dengan seni theater
(panggung). Secara umum merupakan gambaran sebuah peristiwa duniawi atau
imajinasi yang dihadirkan kembali diatas panggung. Keindahan seni drama
terletak pada ketepatan alur cerita yang diperankan oleh para pemain diatas
panggung.
Saini KM dalam bukunya
peristiwa theater (1996), menuliskan seni theater adalah seni dunia ambang,
yaitu ambang untuk menoleh kepada yang indrawi dari pengalaman sehari-hari dan
menoleh juga kepada dunia nilai.
5. Seni Sastra
Seni
sastra adalah seni yang dikemukakan melalui susunan rangkaian bahasa baik lisan
maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa senang tanpa pamrih bagi orang yang
membacanya. Secara garis besar seni sastra dapat dikelompokkan kedalam dua
kategori besar yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah seni sastra yang berusaha
mendeskripsikan keadaan, keinginan, atau imajinasi secara mendetail. Sedangkan
puisi adalah seni yang cenderung menyederhanakan deskripsi dengan menangkap
inti permasalahan yang ingin diungkapkan.
Mengutip pendapat
Alexander Smith (1835 : 366), Sutrisno (1999 : 132) dalam bukunya Kisi-Kisi
Estetika menulis : beda pokok antara prosa dan puisi. Prosa adalah bahasa akal
budi si seniman, sedangkan puisi adalah bahasa dari perasaan. Dalam prosa
seniman mengkomunikasikan pengertian akan hal-hal indrawi atau pikiran, sedangkan
dalam puisi seniman mengungkapkan bagaimana hal-hal itu menerpa, menyentuh
perasaan kita. Termasuk kedalam kategori prosa adalah karya sastra yang
berbentuk novel, cerita bersambung, cerita pendek, esai-esai yang mengemukakan
kritik dan pemikiran-pemikiran budaya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori
puisi adalah pantun, syair, dan puisi-puisi lain dalam berbagai bentuknya.
C. Karya sastra
Sastra
merupakan cabang seni yang cukup variatif bentuknya, serta memiliki nilai
adaptasi yang tinggi terhadap perubahan zaman dan perkembangan budaya suatu
masyarakat. Sebagai sebuah seni, karya sastra merupakan wujud kebebasan
berpikir dan kedalaman rasa yang menghasilkan sesuatu yang indah. Sebagai
sebuah pembelajaran, karya satra bisa memberikan pencerahan, cakrawala
pemikiran, wawasan, kepekaan rasa, pendidikan dan tuntunan hidup. Sebagai
bagian dari hiburan, karya satra bisa menjadi media pelepas penat yang
mengasyikkan dan menggugah suasana. Sastra Indonesia termasuk bagian dari
sastra dunia yang cukup maju, terutama di antara Negara-negara yang berhubungan
erat dengan etnik dan kultur Melayu seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Dalam perkembangannya,
Sastra Indonesia memang tidak lepas dari peran dan pengaruh perkembangan
kesusatraan dan kebudayaan Melayu juga nilai-nilai dan perjalanan historis
perjuangan bangsa, sehingga perpaduan unsur kultural dan moralitas hidup dalam
karya sastra sangat kental. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya
angkatan-angkatan sastrawan dalam kesustraan Indonesia yang mengikuti
perkembangan sastra Melayu, perjalanan histories perjuangan bangsa, serta
munculnya pengaruh-pengaruh budaya dan moral dalam penyajian sastra, baik dalam
gaya bahasa, tema maupun latarnya. Para satrawan di masa perjuangan, tidak saja
memiliki sensitivitas dan orisinalitas dalam berkarya, tetapi juga
merealisasikan nilai-nilai religi dan budaya dalam karyanya, memiliki kesadaran
akan pentingnya perjuangan dan kepedulian terhadap nasib bangsanya secara utuh.
Perubahan zaman yang secara otomatis banyak mengubah unsur-unsur budaya, tidak
saja menginspirasi dan mempengaruhi secara kebahasaan, tetapi seringkali
menjadi dasar penentuan karakter dalam menyajikan karya sastra, baik puisi,
cerpen, novel maupun artikel. Para sastrawan atau lebih tepat disebut penulis
“diharuskan” memiliki sensitivitas terhadap setiap pegerakan, perubahan dan
perkembangan nilai-nilai dalam masyarakat. Dengan kata lain, orisinalitas dalam
berkarya akan sangat ideal jika didukung sensitivitas terhadap perubahan sosial
cultural dalam masyarakat.
Seperti itulah idealnya sebuah karya. Kreativitas
ide harus disertai dengan kepekaan terhadap kkondisi lingkungan supaya bisa
dinikmati para pecinta sastra sebagai sesuatu yang fresh. Harus diakui bahwa
eksistensi karya sastra di zaman ini cenderung “memenuhi” selera pasar,
sehingga karya sastra yang dianggap out of date cenderung ditinggalkan para
peminat sastra. Misalnya, kaum remaja masa kini. Kecenderungannya, mereka lebih
menyukai suatu karya sastra yang simple, jujur, mudah dicerna dan berbudaya
“ngepop”, sesuai dengan kondisi zaman yang mereka lalui. Mereka juga lebih
menyukai suatu sajian karya sastra yang unik, yang berbeda dengan kebanyakan.
Di
sinilah kembali pentingnya orisinalitas dan sensitivitas berkarya para penulis
dengan menyesuaikan tema tulisan sebagai karya sastra terhadap tema-tema
kehidupan sosial remaja. Kondisi seperti itu pula yang mendorong kreativitas
para penulis untuk membuat “gebrakan” baru dalam khazanah sastra Indonesia.
Munculnya penulis-penulis seperti Habiburrahman El Shirazy, Andrea Hirata,
bahkan Raditya Dika seakan-akan memberikan angin segar bagi para penikmat satra
itu sendiri, serta mendorong kemunculan penulis-penulis lain untuk meramaikan
khazanah sastra Indonesia. Secara ide, para penulis ini memiliki kreativitas
yang luar biasa. Seorang El Shirazy misalnya, memiliki ketajaman dan kedalaman
pemahaman akan unsur, nilai budaya dan religi tertentu, sehingga mampu
melahirkan karya yang sarat tuntunan moral spiritual dan begitu dinikmati oleh
banyak kalangan.
Andrea Hirata mampu menciptakan ide-ide yang jujur dalam
karyanya, sebagai wujud apresiasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya yang kaya
secara moral dan cultural. Demikian pula Raditya Dika. Ia menyajikan suatu
karya yang lugas, polos, lucu dan jujur, dengan gaya bahasa yang “gaul” dan
menyentuh minat baca kaum remaja. Dengan melihat contoh-contoh di atas,
orisinalitas dan sensitivitas dalam menyajikan sebuah karya sastra merupakan
factor penting.
Hal ini tidak saja
berkaitan dengan ekspektasi kepopuleran karya tersebut, tetapi juga berhubungan
dengan kepuasan si penulis dalam mencurahkan ide dan perasaannya. Oleh karena
itu, orisinalitas tidak saja menyangkut ide, tetapi juga berhubungan dengan
karakter tulisan yang berimplikasi terhadap cara dan gaya menulis yang akan
menjadi cirri khas penulis itu sendiri. Dengan memperhatikan dua factor
tersebut, tema-tema global dalam karya sastra seperti novel dan cerpen memang
tidak banyak berubah. Tema percintaan, kritik sosial, kekhasan budaya yang
berafiliasi terhadap kehidupan sosial masyarakat, religi hingga tema-tema
mistis masih banyak ditemukan dalam cerpen atau novel. Akan tetapi, bentuk
penyajian dan cara mengemas karya sastra tersebut mengalami pergeseran.
Membandingkan karya
sastra tahun 70-an dengan karya sastra masa kini tentu banyak perbedaannya.
Misalnya, cara bertutur para penulis dalam karyanya, kebebasan mengekspresikan
gagasan, dengan tidak terlalu terikat kepada aturan-aturan baku dalam sastra.
Melihat pergeseran tersebut, penilaian tiap orang yang menikmati karya satra
pasti berbeda. Jika boleh jujur dan tanpa mengeneralisasi, karya-karya satra di
masa kini memang lebih cepat popular dan tenggelam. Hal ini dimungkinkan karena
banyaknya ragam karya dan penulisnya, sehingga alternative pilihan pun kian
banyak. Ada kesan tertentu yang sulit didapat dari kebanyakan karya sastra saat
ini, yaitu kesan “ketagihan” dan menunggu karya-karya berikutnya dari si
penulis. Opini ini mungkin tidak sepenuhnya benar karena minat baca sendiri
bersaing ketat dengan budaya menonton tayangan-tayangan media audiovisual
seperti televise dan video. Namun, jika melihat karya novelis Andrea Hirata dan
Habiburrahman El Shirazy, rasanya kesan “ketagihan” itu akan muncul kembali.
Orisinalitas dan sensitivitas mereka dalam menuliskan gagasannya bisa menyentuh
aspek spiritual, humanisme, emosional, edukasi dan tentu saja aspek estetis
sebuah karya satra.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan
Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian
cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari,
seni musik, seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic
Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Masalah-masalah ini dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The
Humanities), baik secara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
ataupun dengan menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya
(The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian
yang berasa! dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan
wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan
B. Saran-Saran
Manusia
dengan kesadaranya bisa meraih mimpi, dengan segala angan-angannya, dengan
kesadarn itu manusia berfikir, intinya punya nalar dengan logikanya, yaitu
berfikir benar, dengan hasil pemikiran itu menghasilkan output yang di kelola
di hati, dengan hasil dari pengelolaan itu, manusi bertindak dari apa yang sudah
menjad planning dalam hidupnya, nilai yang terkandung dalam kehidupan manusia
adalah kesenian, keindahan karena itulah yang bisa membuat manusia hidup
tentram di dunia ini, maka dari itu ikutilah kata hati nurani untuk lebih
mencintai keindahan intinya mencintai kenenagan dan kesenangan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Widyosiswoyo,
Supartono,. Ilmu Budaya Dasar, Halia Indonesia 1996.
Prsetva, joko, dkk,
Ilmu Budaya Dasar MKDU, Jakarta: Rineka
Citra, 1991
Mustopo, Habib, essai,. Ilmu Budaya Dasar Manusia Dan Budaya
Kumpulan; Surabaya: usaha nasional, 1983
Hartoko, Dick, sj,
dkk,. Ilmu Budaya Dasar, Buk panduan mahasiswa,
Jakarta: Prenhalindo, 2001
Taufi Ismail,
Mouljanto, PKI dkk,. Prahara Budaya I, Kilas Efensif Lekra, Bandung: Mizan, 1995
http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/pengertian-sastra-dan-cerpen-serta.html
0 komentar:
Posting Komentar